CIRI UMUM
Acoelomata: Platyhelminthes
l. Filum Platyhelminthes adalah sebuah takson dari kelompok cacing yang betubuh pipih, tidak berongga, triploblastik, dan bersimentri bilateral. Filum ini terdiri atas 3 kelas, ialah Turbellaria, Cestoda, dan Trematoda. Sekitar 80% dari spesies cacing Platyhelminthes bersifat parasitik.
2. Cacing Platyhelminthes tidak memiliki saluran pencernaan yang sempurna dan tidak memiliki organ respirasi maupun sistem sirkulasi.
3. Platyhelminthes memiliki sistem saraf yang sederhana berupa jaringan saraf yang tersebar.
4. Organ ekskreasi Platyhelminthes berupa ginjal primitif (protonefridia) yang disebut sel api atau sel obor. Organ ini berfungsi menjaga keseimbangan ion dan air, serta membuang sisa-sisa hasil metabolisme.
5. Reproduksi cacing Platyhelminthes bersifat hermafrodit simultan.
6. Daur hidup cacing Platyhelminthes umumnya melalui stadium larva. Larva Muller adalah larva cicing pipih yang hidup bebas di laut, sedangkan mirasidium dan serkaria adalah larva-larva cacing pipih yang hidupnya parasitik.
7. Sebagian besar cacing Platyhelminthes yang hidup bebas (kelas Turbellaria) berhabitat lautan, beberapa spesies hidup di perairan tawar, dan hanya sedikit spesies yang hidup di daratan.
8. Epidermis tubuh cacing pita (kelas Cestoda) disebut tegumen, skoleks yang penuh dengan kait dan batil isap berada di bagian anterior dan rangkaian proglotid di bagian belakangnya. Dalam daur hidupnya, cacing pita ini umumnya memerlukan 2 macam inang : inang utama dan inang perantara.
9. Cacing Platyhelminthes dari kelas Trematoda terbagi menjadi dua kelompok besar : Monogenea dan Digenea. Cacing Monogenea adalah cacing ektoparasit yang tidak membutuhkan inang antara dalam daur hidupnya, sedangkan cacing Digenea adalah cacing endoparasit yang membutuhkan inang perantara sebelum mencapai inang utama.
10. Cacing Platyhelminthes yang bersifat parasitik (Cestoda dan Trematoda) menjadi penyebab penyakit yang ganas pada ternak dan manusia, dan berdampak kerugian ekonomi yang cukup besar
CIRI KHUSUS
Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita.
CESTODA (Cacing Pita) Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin. Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi. . Tidak ada sistem pencernaan yang didalamnya terdapat termatoda sederhana seperti cacing pita dan nutrisi diserapnya melalui permukaan tubuhnya.
KLASIFIKASI
Taksonomi
Phylum :Platyhelminthes.
Kelas :Cestoidea.
Subkelas : Cestodaria Dan Euscestodia.
Yaitu divisi yang dibagi kedalam dua subclass. Subclass pertama yaitu cestodaria yang mempunyai proglotid dan mempunyai larva dengan sepuluh tahapan dan biasanya memiliki sepuluh alat pelekat. Tetapi cestoda itu sudah mempunyai lapisan epidermis dan sistem pencernaan, dan hanya mempunyai organ pelengkap pada bagian anterior, dan hampir merupakan parasit pada ikan laut. Subclass yang lain yaitu eucestoda. Hampir semua spesies cestoda masuk kedalam eucestoda kebanyakan setelah dewasa memiliki prolottid.
Eucestoda terbagi kedalam 11 ordo tetapi hanya 2 ordo yang merupakan parasit pada mamalia yaitu : pseudophylidae dan cyclophylidae. Organ pelekatnya terdapat pada kepala yang dilengkapi dengan alat pelekat, alat penghisap, bothria, dan othridia.
- Ordo Proteocephalide
Cacing pita kecil, scolex denagan 4 alat penghisap, vitellaria sebagai pita samping, parasit pada ikan, amphibi, dan reptil.
- Ordo Tetraphyllidea
Cacing pita berukuran sedang ,scolex dengan 4 bothridia, vitterallia di bagian samping, parasit pada ikan elasmobranch, calliobothrium certicillatum terjadi dikatup spiral pada mulut anjing laut.
- Ordo Disculieptidea
Hanya satu species yang dikenal dari ikan elasmobranch, scolex hanya satu dan tersebar dibagian anterior, siklus hidupnya belum diketahui.
- Ordo Lecanicephalidea
Variabel scolex pada bagian anterior dan posterior dilegkapi oleh 4 alat penghisap, parasit pada ikan elasmobranch,
- Ordo Pseudophyllidea
Cacing pita yang kecil atau besar, sclexnya punya dua pothria, pitelaria sebagai polikel yang tersebar pada
- Ordo Trypanorhynchydea
Scolexnya terdiri dari 2 atau 4 bothria dan 4 rectractile, proboscides berduri dan tubuhnya memanjang.
- Ordo cycophyllidea
Scolrxnya mempunyai 4 alat penghisap dan juga dilengkapi oleh rostellum, tidak ada
- Ordo Apollidea
Variabel scolex, biasanya besar dengan 4 sucker, tidak bersegmen dan parasitkecil pada angsa dan bebek
- Ordo Nippotaeniidea
Scolexnya memiliki 1 sucker dibagian anterior, punya beberapa proglotid dan parasit pada ikan di jepang dan rusia
- Ordo Caryphylidea
Bentuknya tidak bersegmen, parasit pada pisces dan oligocaetae, berkembang dengan reproduksi seksual, procercoid saat larva dan hanya memiliki beberapa spesies.
- Ordo Spatheathridea
Variabel scolex tidak punya p[roglotid eksternal dan parasit pada ikan yang hendakbertelur dan ikan laut.
MORFOLOGI
Cacing dewasa berwarna kuning keabu – abuan, panjangnya 3-10 m, memiliki lebih dari 3000 buah proglotid. Proglotid(segmen-segmen) matang dengan uterus berisi banyak telur terletak ditengah menyerupai roset, lubang genetalia dan lubang uterus di tengah atas,kelenjar vitelaria dan testis tersebar di bagian lateral. Telur berukuran ± 65 – 45 mikron, operculum besar, penebalan berupa penonjolan kecil dibagian posterior, berisi morula. Segmen- segmen tersebut apabila sudah dewasa berisi alat reproduksi yang hermaprodit.
GEOGRAFIS / PENYEBARAN :
Parasit ini banyak dijumpai diasia, eropa, dan amerika dimana makanan hewan peliharaan mereka terutama terdiri dari ikan air tawar mentah.
KEBIASAAN HIDUP
- Cestoda hanya memerlukan satu induk semang, kecuali hymenolepis nana. Baik untuk stadium larva maupun dewasanya, cestoda lain yang hidup pada ternak dan manusia memerlukansatu atau lebih tuang rumah perantara, dimana stadium larvanya dapat berkembang setelah telur yang terinfeksi dimakan induk semang oleh induk semang perantaranya.induk semang defenitifnya akan terinfeksi oleh cacing dewasa dengan memakan daging yang mengandung kista (cryte) yang berlarva (encysted larva). Kebanyakan spesies cestoda sangatselektif terhadaf inang defenitifnya. Cacing cestoda yang mempunyai porus uterius maka sel telur- telur mempunyai operculum, jumlah kuning telurnya banyak, perkembanganya embrionya terjadi setelah telur tersebut meninggalkan induk semang dan embri yang telah berkembang sempurna mempunyai cilia yang digunakan untuk berenag didalam air.
Pada spesies yang tidak mempunyai porus uterinus maka telur – telur tersebut tidak mempunyai operculum, jumlah kuning telurnya sedikit, perkembangan embrionya terjadi didalam uterus. Telur yang berdinding lebih tebal ini sangat tahan terhadap panas dan kekeringan serta dapat hidup lama di atas tanah /tumbuhan yang terkontaminasi dengan feces.
Setelah telur termakan oleh induk semang perantara yang sesuai,onkosfer dengan pengaruh getah pencernaan akan membebaskan diri dari embriophore yang pecah. Dengan dibantu oleh kait- kaitnya onkosfer akan menembus dinding usus, masuk ke dalam aliran linfe / darahdan sampi ke jaringan- jaringan yang sesuai untuk perkembangan larvanya. Siklus hidup ini akan sempurna bila kista yang mengandung larva tersebut termakan oleh induk semang defenitifnya. Larva ini akan keluar dari kistanya dengan pengaruh getah pencernaan dan melekat pada dinding usus dengan kepalanya dan akan tumbuh menjadi dewasa. Larva cestoda menurut bentuk dibagi:
1 .type larva yang solid ( padat, tak berongga).
2. type larva yang vesicular( bladder, mempunyai rongga).
Pada Manusia :
Taenia saginata : habitat usus manusia
-induk semang antaranya adalah sapi
- panjang 4- 10 m bahkan sisa 25 m
- proglotid lebih dari 2000
Anjing dan Kucing
Taenia fisiformis: Larva pada hati atau mesentrium kelinci
- Dewasa pada anjing dan kucing
- Anjing
Diphylobtrium canicum
- Larva pada kutu anjing ,kucing, manusia
- Dewasa 15- 40 cm
- Proglotid lebih dari 200
SIKLUS HIDUP
Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi embrio dengan enam kait prolagtid bila embrio termakan lagi maka cangkang dihancurkan oleh cairan lambung dan larva menembus saluran darah dan limpe yang akhirnya berkembang menjadi sista . Sista membesar penuh dengan cairan dengan cairan disebut sistiserkus (cacing gelembung ) .Salah satu dinding menebal membentuk papilla berongga yang menjulur ke kantung . Di dalam papilla berkembang skoleks dengan kait dan alat pelekat .
Bila daging yang mengandung sistiserkus tidak dimasak dengan sempurna termakan oleh manusia maka dinding luar sista akan dicerna, papilla keluar membentuk skoleks dan leher . Skoleks melekat pada dinding usus dan berkembbang menjadi individu baru. Manusia selain diserang oleh cacing dewasa dapat kena infeksi larva parasit yang dapat menyerang lat vital , seperti otak dan lain sebagainya. Cestoda lainnya lebih dari 1500 spesies.
FISIOLOGI
Dimana dia tidak punya saluran pencernaan sehingga makanannya akan langsung diserap oleh dinding tubuhnya. Sistem syarafnya mirip dengan planaria dan faciola hepatica tetapi tidak berkembang dengan baik Saluran pengeluarannya membujur, bercabang dan berakhir didalam sel api. Ujung posteriornya terbuka sehingga zat-zat sisa langsung di eksresikan keluar tubuh.
Setiap lembar segmen pada cacing pita dewasa hampir semua memiliki organ reproduksi. Spermatozoa mula-mula dalam spherical testis yang mana tersebar dan dibentuk terus pada setiap segmen yang dikumpulkan dalam sebuah tabung kemudian di bawa ke genital
Tidak ada komentar:
Posting Komentar